Minggu, 08 Maret 2015

Jalan Masih Mendaki

Kutatap Sang Surya terasa cukup menyengat.
Terbayang jarak yang harus ku tempuh masih jauh hingga lelahpun hinggap melemahkanku.

kemudian kutatap arakan awan
Disana ku temukan bias bayang wajahmu.

kau terlihat lemah dan pasrah.
lukisan beban hidup tampak jelas di keningmu.

Sejenak ku renungkan siapa kita
maka tak terasa Air mata terlalu jujur ungkapkan bahwa aku sayang kamu.

Tak tega jika harus membiarkan beban hudupmu kau tanggung sendiri.

Tak Rela membiarkan malam mu beku kedinginan.

Wahai Matahari....
Terikmu memang menyengat..
Tapi kau tak akan Dapat Debu hanguskan tekad juangku untuk Dia disana.

Wahai jalan yang mendaki....
tinggi nya jenjangmu tidak lagi menjadi dinding yang akan menguji langkah majuku.
Karena Darah dan keringatku memang akan ku persembahkan untuk dia disana.

Wahai kau yang disana.
Ketahuilah..
Aku akan datang untuk menopang hidup mu.

Aku akan siap pasang badan untuk kebahagiaan mu.
juga kebahagiaan kita bersama.

Aku mencintaimu seperti kamu mencintaiku.